Uap hasil penguapan air tanah yang
terdapat di dalam tanah akan tetap berada di dalam tanah jika tidak ada saluran
yang menghubungkan daerah tempat keberadaan uap dengan permukaan. Uap yang
terkurung akan memiliki nilai tekanan yang tinggi dan apabila pada daerah
tersebut kita bor sehingga ada saluran penghubung ke permukaan, maka uap
tersebut akan mengalir keluar. Uap yang mengalir dengan cepat dan mempunyai
entalpi inilah yang kita mamfaatkan dan kita salurkan untuk memutar turbin
sehingga dihasilkanlah energi listrik (tentunya ada proses-proses lain sebelum
uap memutar turbin). Setelah uap memutar turbin dan uap telah kehilangan
tekanan dan entalpi maka uap tersebut akan mengalami proses pengembunan sehingga
uap akan berubah kembali menjadi air. Air hasil pendinginan (condensattion)
yang didinginkan dengan condensator akan dikumpulkan dan akan diinjeksikan
kembali ke dalam tanah, sehingga volume air tanah tidak akan berkurang secara
drastis. Salah satunya Karena proses injeksi inilah kenapa energi geothermal
disebut dengan energi yang terbarukan (renewable) dan energi yang ramah
lingkungan.
a) Energi
panas bumi “uap basah”
Pemanfaatan energi panas bumi yang
ideal adalah bila panas bumi yang keluar dari perut bumi berupa uap kering,
sehingga dapat digunakan langsung untuk menggerakkan turbin generator listrik.
Namun uap kering yang demikian ini jarang ditemukan termasuk di Indonesia dan
pada umumnya uap yang keluar berupa uap basah yang mengandung sejumlah air yang
harus dipisahkan terlebih dulu sebelum digunakan untuk menggerakkan Uap basah
yang keluar dari perut bumi pada mulanya berupa air panas bertekanan tinggi
yang pada saat menjelang permukaan bumi terpisah menjadi kira-kira 20 % uap dan
80 % air. Atas dasar ini maka untuk dapat memanfaatkan jenis uap basah ini
diperlukan separator untuk memisahkan antara uap dan air. Uap yang telah
dipisahkan dari air diteruskan ke turbin untuk menggerakkan generator listrik,
sedangkan airnya disuntikkan kembali ke dalam bumi untuk menjaga keseimbangan
air dalam tanah.
b) Energi
panas bumi “air panas”
Air panas yang keluar dari perut
bumi pada umumnya berupa air asin panas yang disebut “brine” dan mengandung
banyak mineral. Karena banyaknya kandungan mineral ini, maka air panas tidak
dapat digunakan langsung sebab dapat menimbulkan penyumbatan pada pipa-pipa
sistim pembangkit tenaga listrik. Untuk dapat memanfaatkan energi panas bumi
jenis ini, digunakan sistem biner (dua buah sistem utama) yaitu wadah air panas
sebagai sistem primemya dan sistem sekundernya berupa alat penukar panas (heat
exchanger) yang akan menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin. Energi panas
bumi “uap panas” bersifat korosif, sehingga biaya awal pemanfaatannya lebih
besar dibandingkan dengan energi panas bumi jenis lainnya.
c) Energi
panas bumi “batuan panas”
Energi panas bumi jenis ini berupa
batuan panas yang ada dalam perut bumi akibat berkontak dengan sumber panas
bumi (magma). Energi panas bumi ini harus diambil sendiri dengan cara
menyuntikkan air ke dalam batuan panas dan dibiarkan menjadi uap panas,
kemudian diusahakan untuk dapat diambil kembali sebagai uap panas untuk
menggerakkan turbin. Sumber batuan panas pada umumnya terletak jauh di dalam
perut bumi, sehingga untuk memanfaatkannya perlu teknik pengeboran khusus yang
memerlukan biaya cukup tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar