Sebuah laporan yang diluncurkan International Energy Agency
(IEA) menunjukkan bahwa potensi peningkatan penggunaan energi panas bumi
(geothermal)
untuk pembangkit maupun pemanas mencapai setidaknya sepuluh kali lipat pada
2050 nanti.
Laporan Technology Roadmap: Geothermal Heat and Power,
yang diluncurkan 14 Juni 2011 pada konferensi tahunan EURELECTRIC di
Stockholm, Swedia, memaparkan bahwa melalui upaya pengembangan sumber
daya panas bumi yang belum dimanfaatkan dan teknologi baru, penggunaan energi
panas bumi dapat mencapai sekitar 3,5% dari produksi listrik global dan 3,9%
energi untuk pemanas pada tahun 2050. Peningkatan yang cukup signifikan dari
angka saat ini yang hanya mencapai 0,3% dan 0,2% untuk masing-masing.
"Ini akan menjadi kontribusi
penting untuk mengurangi emisi karbon global dengan menggunakan sumber energi
yang tersedia di seluruh dunia, setiap hari dan sepanjang tahun, karena tidak
berfluktuasi dengan cuaca ataupun musim," kata Direktur Eksekutif IEA
Nobuo Tanaka, saat peluncuran laporan tersebut di Stockholm.
Laporan ini merupakan laporan
terbaru IEA dalam roadmap teknologi, yang bertujuan untuk memandu pemerintah
dan industri untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengembangkan
potensi energi bersih dan ramah lingkungan.
Milou Beerepoot, penulis laporan dan
analis senior IEA menjelaskan, meski eksploitasi panas bumi telah dilakukan
selama lebih dari satu abad, sampai saat ini upaya untuk memanfaatkan energi
panas bumi terkonsentrasi pada daerah uap air alami (vulkanik). Sehingga
menurutnya, upaya pemanfaatan panas bumi harus diperluas untuk memecahkan
kendala ekonomi dan non-ekonomi yang menghambat eksploitasi lebih lanjut,
terutama di negara-negara berkembang.
Selain itu, ia mengamati bahwa
energi panas bumi juga dapat diambil dari sistem aquifer dalam, yang tersebar
di seluruh dunia. Sumber daya ini biasanya dapat ditemui pada kedalaman 3
kilometer dan menghasilkan temperatur lebih dari 60oC. Pemanfatan pada sistem
aquifer diperkirakan akan tumbuh cepat, mencerminkan ketersediaan yang luas,
baik untuk panas maupun listrik.
Selain daerah-daerah yang belum
dimanfaatkan, sebagian besar energi panas bumi dunia berada pada daerah
pengeboran dalam, yang bisa mencapai 5 kilometer dan ditemukan dalam batuan
yang relatif kering dan kedap (hot
rock). Saat ini, teknologi yang memungkinkan untuk memanfaatkan
panas dari batuan tersebut adalah Enhanced
Geothermal Systems (EGS) , yang masih dalam tahap uji coba.
Dengan
sistem ini, ke dalam sumur yang dibor disuntikkan air pada tekanan yang cukup
sehingga menciptakan patahan pada batu. Sumur lainnya kemudian dibor untuk
memompa air yang telah dipanaskan oleh batu panas. "Jika sistem ini
dikembangkan lebih lanjut, secara signifikan akan membuka eksploitasi global
sumber daya panas bumi," jelas Beerepoot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar