Daerah Prospek Tompaso
terletak pada lengan Utara pulau Sulawesi yang
merupakan bagian dari rangkaian gunung api yang berarah SW-NE yang
terdiri dari Utara ke Selatan yaitu G. Klabat, G. Mahawu, G. Soputan dan G.
Ambang. Prospek Geothermal Tompaso dikontrol oleh kaldera besar danau Tondano
yang dihasilkan oleh volcano tectonic
depression yang diperkirakan terjadi
pada Plio-Pleistosen. Prospek Tompaso ini juga merupakan gugusan kompleks
gunung api Lembeyan yang sangat besar yang dibatasi di sisi Utara oleh
rangkaian gunung api aktif Lokon dan Mahawu dan di bagian Selatan oleh Gunung
Soputan, G. Sempu, G. Rindangaen serta di bagian Timur oleh Rim danau Tondano.
Produk gunung api tua Lembeyan/Tondano terdiri dari piroklastik tufa batu apung
dan ignimbrit yang kemudian ditutupi oleh produk gunung api kuarter. Prospek
Geothermal Tompaso terletak di dalam depresi dengan relief relatif datar dengan
elevasi rata-rata 750 mdpl.
Gunung api aktif yang diduga dapat mempengaruhi
deep hidrologi prospek Tompaso adalah berasal dari Gunung Soputan dari sisi
sebelah Barat daya, sedangkan G. Sempu yang terletak di timur laut G. Soputan
memperlihatkan bekas dari suatu kaldera yang tidak aktif lagi. Dari data core
sumur bor dangkal terlihat bahwa prospek Tompaso pada awalnya tertutup oleh air
danau ataupun aktifitas fluvial. Akibat tektonik dan vulkanisme Danau Tondano,
daerah Lahendong sebagian terangkat dan menyebabkan seluruh daerah miring ke
Barat dan terbentuk erupsi baru seperti G. Rindangen, G. Aesoput, G. Lengkoan,
G.Tampusu dan G. Kasuratan. Stuktur patahan diinterpretasikan dari foto udara
berupa lineament atau kelurusan kelurusan dan kelengkungan yang merupakan sesar
tua yang teraktifkan. Beberapa struktur patahan yang didapat dari foto udara
adalah :
• Kelurusan regional
yang merupakan struktur tua dengan arah NE-SW dan NW-SE.
• Sesar NE-SW melalui
G. Damaah, G. Masarang, kompleks gunungapi Tampusu-Kasuratan, kompleks
Soputan-Sempu.
• Gawir sesar normal
yang menghadap ke barat daya di puncak G. Lengkoan.
• Sesar yang berarah
NW-SE melalui sungai Bapaluan, daerah manifestasi Tempang dan pegunungan
Lembeyan Tenggara.
• Sesar E-W melalui dua
daerah alterasi Batukolok di G. Rindengan dan Tompaso dan Tempang.
Sesar-sesar di atas
memegang peranan di dalam pengontrolan hidrologi sistem panasbumi Tompaso serta
pemunculan manifestasi di permukaan. Berdasarkan volkanostatigrafi di atas,
terlihat bahwa evolusi magmatis yang diharapkan sebagai sumber panas bergerak
dari Timur laut ke arah Barat daya yaitu dari gunung Lengkoan, Gunung Sempu,
gunung Manimporok-Rindengan-Aesoput dan terakhir pada gunung Soputan. Jadi
sumber panas yang masih exist dan relatif dangkal adalah berasal dari Gunung
Soputan. Untuk struktur patahan yang berperan sebagai zona permeabilitas tinggi
diinterpretasikan berasal dari struktur yang berarah Timur laut – Barat daya
dan patahan yang hampir Timur barat.
Lapangan panas
bumi Lahendong terletak ± 30 km di selatan kota Manado provinsi Sulawesi Utara
yang merupakan lapangan panas bumi pertama yang berada di Indonesia bagian
timur. Lapangan ini terletak di daerah vulkanik dengan kaldera
yang sangat besar, yaitu Tondano kaldera dan Pengolombian kaldera. Daerah ini
juga berada di deretan gunung berapi (G. Lengkoan, G. Kasuratan, G. Tampusu)
dan sebuah danau kawah yang dikenal dengan Danau Linau. Lapangan ini berada
pada ketinggian 750 m sampai 1000 m di atas permukaan laut.
Peta
Lokasi Lapangan Panas bumi Lahendong
Kegiatan
eksplorasi dimulai pada tahun 1971 oleh tim dari New Zealand dan Indonesia yang
menghasilkan peta geologi sementara dan usulan pemboran lanjut. Pada tahun 1976
Vulcanological Survey of Indonesia (VSI) melakukan survei geologi, geokimia dan
geofisika. Data geologi, geofisika dan geokimia yang diperoleh dari kegiatan
eksplorasi memberikan indikasi adanya sumber energi panasbumi bertemperatur tinggi
di daerah Lahendong. Sebagai tindak lanjut, tiga sumur dangkal yaitu LH-1, LH-2
dan LH-3 dibor sampai kedalaman kurang dari 500 meter di sekitar Danau Linau
oleh Direktorat Vulkanologi.
Sumur LH-1
adalah sumur eksplorasi pertama yang dibor di lapangan Lahendong. Sumur dibor
pada tahun 1980. Sumur direncanakan dibor hingga kedalaman 500 meter, tetapi karena
terjadinya semburan liar maka pemboran dihentikan pada kedalaman 327 meter. Sumur
LH-2 adalah sumur eksplorasi kedua yang dibor di lapangan Lahendong. Seperti halnya
sumur LH-1, sumur LH-2 juga dibor di dekat Danau Linau pada tahun 1982, sekitar
80 meter dari sumur LH-1. Sumur ini dibor hanya hingga kedalaman 228 meter. Pada
waktu pemboran terjadi hilang sirkulasi lumpur pada saat pemboran mencapai kedalaman
205-228 meter. Sumur LH-3 dibor pada tahun 1988, tetapi laporan mengenai sumur
ini tidak dapat ditemukan. Kegiatan eksplorasi di lapangan Lahendong dengan pemboran
sumur dalam hingga kedalaman sekitar 2000 meter dilakukan oleh Pertamina. Pertamina
melakukan pemboran sumur eksplorasi dalam sebanyak 7 sumur yaitu LHD-01 sampai
LHD-07 sampai dengan tahun 1987. Sejak tahun 1986 eksplorasi dan pengembangan
lapangan ini dilakukan oleh PERTAMINA. Lapangan ini masuk kedalam salah satu
Wilayah Kerja Pengusahaan geothermal Pertamina melalui SK Menteri P & E
No.560K/30/M.PE/1987 tanggal 16 Juli 1987.
Lapangan panas
bumi Lahendong merupakan salah satu lapangan yang memiliki prospek panas bumi
cukup baik di Indonesia. Sampai saat ini 27 (dua puluh tujuh) sumur telah dibor
di lapangan Lahendong yaitu LHD-01, LHD-02, LHD-03, LHD-04, LHD-05, LHD- 06,
LHD-07, LHD-08, LHD-09, LHD-10, LHD-11, LHD-12, LHD-13, LHD-14, LHD- 15,
LHD-16, LHD-17, LHD-18, LHD-19, LHD-20, LHD-21, LHD-22, LHD-23, LHD- 24,
LHD-25, LHD-28 dan LHD-29. Sumur LHD-01 sampai LHD-07 adalah sumur Eksplorasi
Dalam dan sisanya adalah sumur Pengembangan. Baik sumur-sumur eksplorasi
(LHD-01 sampai LHD-07) maupun sumur-sumur pengembangan di lapangan Lahendong
telah menunjukkan bahwa reservoir di lapangan tersebut mempunyai temperatur
tinggi yang sangat potensial bila dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik.
Kontrak Jual
Beli Uap (Steam Sales Contract) antara PERTAMINA dengan PLN untuk pembangunan
PLTP Unit I dengan kapasitas 1 x 20 MW ditandatangani pada tanggal 12 Mei 1999
dimana PERTAMINA membangun di sisi hulu (steam field) untuk penyediaan uap
sedangkan PLN membangun di sisi hilir untuk pembangkitannya (PLTP). PLTP Unit 1
yang berkapasitas 20 MW (11.5 GWh/bulan) mulai beroperasi sejak 21 Agustus
2001. PLTP ini terletak di arah barat daya dari lapangan (lokasi pad LHD-04). Pada
tanggal 2 Agustus 2004 telah dilakukan penandatanganan “Perjanjian Jual Beli
Uap Panasbumi PLTP Unit II dan Unit III (2x20 MW) Lahendong Sulawesi Utara”
antara Pertamina dengan PLN untuk pengembangan geothermal untuk ekspansi PLTP
di Lahendong (Unit II & III) dengan kapasitas 2 x 20 MW. Unit 2 dengan
kapasitas 20 MW mulai beroperasi pada tahun 2007. PLTP Unit 2 berada satu
lokasi dengan Unit 1. Sedangkan Unit 3 dengan kapasitas yang sama (20 MW) beroperasi
sejak tahun 2009 dan berlokasi di dekat pad LHD-05. Uap untuk mensuplai ke 3
unit PLTP diperoleh dari sumur-sumur yang terdapat di 8 pad yang ada pada
lapangan ini (LHD-1, LHD-2, LHD-3, LHD-4, LHD-5, LHD-6, LHD-7, LHD-13). Setiap nama dari pad pemboran ini diberikan
sesuai dengan nama sumur yang pertama kali dibor pada daerah tersebut. Dua puluh
tujuh sumur telah dibor pada 8 pad pemboran, lokasi sumur ditunjukkan pada Gambar
di bawah.
thanks gan sangat membantu
BalasHapus