GEOTHERMAL : GREEN AND RENEWABLE ENERGY FOR FUTURE (PLEASE SUPPORT)
ads ads ads ads

Minggu, 23 November 2014

Geologi Umum Lapangan Panas Bumi Lahendong

Daerah Prospek Tompaso terletak pada lengan Utara pulau Sulawesi yang  merupakan bagian dari rangkaian gunung api yang berarah SW-NE yang terdiri dari Utara ke Selatan yaitu G. Klabat, G. Mahawu, G. Soputan dan G. Ambang. Prospek Geothermal Tompaso dikontrol oleh kaldera besar danau Tondano yang dihasilkan oleh volcano tectonic depression yang diperkirakan terjadi pada Plio-Pleistosen. Prospek Tompaso ini juga merupakan gugusan kompleks gunung api Lembeyan yang sangat besar yang dibatasi di sisi Utara oleh rangkaian gunung api aktif Lokon dan Mahawu dan di bagian Selatan oleh Gunung Soputan, G. Sempu, G. Rindangaen serta di bagian Timur oleh Rim danau Tondano. Produk gunung api tua Lembeyan/Tondano terdiri dari piroklastik tufa batu apung dan ignimbrit yang kemudian ditutupi oleh produk gunung api kuarter. Prospek Geothermal Tompaso terletak di dalam depresi dengan relief relatif datar dengan elevasi rata-rata 750 mdpl.
Gunung api aktif yang diduga dapat mempengaruhi deep hidrologi prospek Tompaso adalah berasal dari Gunung Soputan dari sisi sebelah Barat daya, sedangkan G. Sempu yang terletak di timur laut G. Soputan memperlihatkan bekas dari suatu kaldera yang tidak aktif lagi. Dari data core sumur bor dangkal terlihat bahwa prospek Tompaso pada awalnya tertutup oleh air danau ataupun aktifitas fluvial. Akibat tektonik dan vulkanisme Danau Tondano, daerah Lahendong sebagian terangkat dan menyebabkan seluruh daerah miring ke Barat dan terbentuk erupsi baru seperti G. Rindangen, G. Aesoput, G. Lengkoan, G.Tampusu dan G. Kasuratan. Stuktur patahan diinterpretasikan dari foto udara berupa lineament atau kelurusan kelurusan dan kelengkungan yang merupakan sesar tua yang teraktifkan. Beberapa struktur patahan yang didapat dari foto udara adalah :
• Kelurusan regional yang merupakan struktur tua dengan arah NE-SW dan NW-SE.
• Sesar NE-SW melalui G. Damaah, G. Masarang, kompleks gunungapi Tampusu-Kasuratan, kompleks Soputan-Sempu.
• Gawir sesar normal yang menghadap ke barat daya di puncak G. Lengkoan.
• Sesar yang berarah NW-SE melalui sungai Bapaluan, daerah manifestasi Tempang dan pegunungan Lembeyan Tenggara.
• Sesar E-W melalui dua daerah alterasi Batukolok di G. Rindengan dan Tompaso dan Tempang.
Sesar-sesar di atas memegang peranan di dalam pengontrolan hidrologi sistem panasbumi Tompaso serta pemunculan manifestasi di permukaan. Berdasarkan volkanostatigrafi di atas, terlihat bahwa evolusi magmatis yang diharapkan sebagai sumber panas bergerak dari Timur laut ke arah Barat daya yaitu dari gunung Lengkoan, Gunung Sempu, gunung Manimporok-Rindengan-Aesoput dan terakhir pada gunung Soputan. Jadi sumber panas yang masih exist dan relatif dangkal adalah berasal dari Gunung Soputan. Untuk struktur patahan yang berperan sebagai zona permeabilitas tinggi diinterpretasikan berasal dari struktur yang berarah Timur laut – Barat daya dan patahan yang hampir Timur barat.
Lapangan panas bumi Lahendong terletak ± 30 km di selatan kota Manado provinsi Sulawesi Utara yang merupakan lapangan panas bumi pertama yang berada di Indonesia bagian timur. Lapangan ini terletak di daerah vulkanik dengan kaldera yang sangat besar, yaitu Tondano kaldera dan Pengolombian kaldera. Daerah ini juga berada di deretan gunung berapi (G. Lengkoan, G. Kasuratan, G. Tampusu) dan sebuah danau kawah yang dikenal dengan Danau Linau. Lapangan ini berada pada ketinggian 750 m sampai 1000 m di atas permukaan laut.

Peta Lokasi Lapangan Panas bumi Lahendong
Kegiatan eksplorasi dimulai pada tahun 1971 oleh tim dari New Zealand dan Indonesia yang menghasilkan peta geologi sementara dan usulan pemboran lanjut. Pada tahun 1976 Vulcanological Survey of Indonesia (VSI) melakukan survei geologi, geokimia dan geofisika. Data geologi, geofisika dan geokimia yang diperoleh dari kegiatan eksplorasi memberikan indikasi adanya sumber energi panasbumi bertemperatur tinggi di daerah Lahendong. Sebagai tindak lanjut, tiga sumur dangkal yaitu LH-1, LH-2 dan LH-3 dibor sampai kedalaman kurang dari 500 meter di sekitar Danau Linau oleh Direktorat Vulkanologi.
Sumur LH-1 adalah sumur eksplorasi pertama yang dibor di lapangan Lahendong. Sumur dibor pada tahun 1980. Sumur direncanakan dibor hingga kedalaman 500 meter, tetapi karena terjadinya semburan liar maka pemboran dihentikan pada kedalaman 327 meter. Sumur LH-2 adalah sumur eksplorasi kedua yang dibor di lapangan Lahendong. Seperti halnya sumur LH-1, sumur LH-2 juga dibor di dekat Danau Linau pada tahun 1982, sekitar 80 meter dari sumur LH-1. Sumur ini dibor hanya hingga kedalaman 228 meter. Pada waktu pemboran terjadi hilang sirkulasi lumpur pada saat pemboran mencapai kedalaman 205-228 meter. Sumur LH-3 dibor pada tahun 1988, tetapi laporan mengenai sumur ini tidak dapat ditemukan. Kegiatan eksplorasi di lapangan Lahendong dengan pemboran sumur dalam hingga kedalaman sekitar 2000 meter dilakukan oleh Pertamina. Pertamina melakukan pemboran sumur eksplorasi dalam sebanyak 7 sumur yaitu LHD-01 sampai LHD-07 sampai dengan tahun 1987. Sejak tahun 1986 eksplorasi dan pengembangan lapangan ini dilakukan oleh PERTAMINA. Lapangan ini masuk kedalam salah satu Wilayah Kerja Pengusahaan geothermal Pertamina melalui SK Menteri P & E No.560K/30/M.PE/1987 tanggal 16 Juli 1987.
Lapangan panas bumi Lahendong merupakan salah satu lapangan yang memiliki prospek panas bumi cukup baik di Indonesia. Sampai saat ini 27 (dua puluh tujuh) sumur telah dibor di lapangan Lahendong yaitu LHD-01, LHD-02, LHD-03, LHD-04, LHD-05, LHD- 06, LHD-07, LHD-08, LHD-09, LHD-10, LHD-11, LHD-12, LHD-13, LHD-14, LHD- 15, LHD-16, LHD-17, LHD-18, LHD-19, LHD-20, LHD-21, LHD-22, LHD-23, LHD- 24, LHD-25, LHD-28 dan LHD-29. Sumur LHD-01 sampai LHD-07 adalah sumur Eksplorasi Dalam dan sisanya adalah sumur Pengembangan. Baik sumur-sumur eksplorasi (LHD-01 sampai LHD-07) maupun sumur-sumur pengembangan di lapangan Lahendong telah menunjukkan bahwa reservoir di lapangan tersebut mempunyai temperatur tinggi yang sangat potensial bila dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik.

Kontrak Jual Beli Uap (Steam Sales Contract) antara PERTAMINA dengan PLN untuk pembangunan PLTP Unit I dengan kapasitas 1 x 20 MW ditandatangani pada tanggal 12 Mei 1999 dimana PERTAMINA membangun di sisi hulu (steam field) untuk penyediaan uap sedangkan PLN membangun di sisi hilir untuk pembangkitannya (PLTP). PLTP Unit 1 yang berkapasitas 20 MW (11.5 GWh/bulan) mulai beroperasi sejak 21 Agustus 2001. PLTP ini terletak di arah barat daya dari lapangan (lokasi pad LHD-04). Pada tanggal 2 Agustus 2004 telah dilakukan penandatanganan “Perjanjian Jual Beli Uap Panasbumi PLTP Unit II dan Unit III (2x20 MW) Lahendong Sulawesi Utara” antara Pertamina dengan PLN untuk pengembangan geothermal untuk ekspansi PLTP di Lahendong (Unit II & III) dengan kapasitas 2 x 20 MW. Unit 2 dengan kapasitas 20 MW mulai beroperasi pada tahun 2007. PLTP Unit 2 berada satu lokasi dengan Unit 1. Sedangkan Unit 3 dengan kapasitas yang sama (20 MW) beroperasi sejak tahun 2009 dan berlokasi di dekat pad LHD-05. Uap untuk mensuplai ke 3 unit PLTP diperoleh dari sumur-sumur yang terdapat di 8 pad yang ada pada lapangan ini (LHD-1, LHD-2, LHD-3, LHD-4, LHD-5, LHD-6, LHD-7, LHD-13). Setiap nama dari pad pemboran ini diberikan sesuai dengan nama sumur yang pertama kali dibor pada daerah tersebut. Dua puluh tujuh sumur telah dibor pada 8 pad pemboran, lokasi sumur ditunjukkan pada Gambar di bawah.

1 komentar: